Suku dan Kebudayaan Mayoritas di Brunei Darussalam: Warisan Melayu Islam yang Kuat

Brunei Darussalam, sebuah negara kecil di Asia Tenggara yang berada di pesisir utara Pulau Kalimantan, dikenal sebagai salah satu negara yang paling makmur di kawasan ini. Selain kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi, kekuatan utama Brunei juga terletak pada warisan budaya dan jati diri bangsanya. Meskipun memiliki populasi yang kecil, sekitar 450.000 jiwa, negara ini memiliki identitas budaya yang sangat kuat dan khas, dengan suku Melayu Brunei sebagai kelompok etnis mayoritas yang mendominasi struktur sosial, politik, dan kebudayaan nasional.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai suku dan kebudayaan mayoritas di Brunei Darussalam, yang didominasi oleh Melayu Brunei, serta bagaimana budaya tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari, sistem pemerintahan, adat istiadat, bahasa, dan nilai-nilai keislaman.
1. Suku Mayoritas: Melayu Brunei
Mereka menyusun lebih dari 65% populasi nasional, dan menjadi fondasi utama dari identitas negara. Selain Melayu Brunei, terdapat enam kelompok etnis pribumi lain yang juga dikategorikan sebagai “Melayu” menurut konstitusi negara, yaitu:
- Kedayan
- Tutong
- Belait
- Dusun
- Bisaya
- Murut
Ketujuh suku ini secara resmi diakui sebagai “Melayu Brunei” dan memiliki hak-hak istimewa berdasarkan sistem politik dan sosial negara. Sementara itu, minoritas non-pribumi seperti Tionghoa dan pendatang dari Asia Selatan juga tinggal di Brunei, namun dengan status berbeda secara budaya dan politik.
2. Bahasa dan Identitas Melayu Brunei
Bahasa Melayu Brunei adalah bahasa ibu masyarakat mayoritas dan juga bahasa resmi nasional bersama Bahasa Melayu baku (standar). Bahasa ini memiliki dialek khas dan berbeda dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia atau Indonesia, meskipun tetap saling dimengerti. Bahasa Melayu Brunei digunakan dalam percakapan sehari-hari, pendidikan dasar, dan kegiatan keagamaan.
3. Budaya Melayu Islam Beraja (MIB)
Salah satu ciri khas utama kebudayaan Brunei adalah “Melayu Islam Beraja” (MIB), sebuah falsafah nasional yang menjadi dasar konstitusi, sistem hukum, dan identitas nasional. MIB berarti:
- Melayu: menggambarkan budaya lokal dan tradisi adat.
- Islam: agama resmi dan cara hidup rakyat Brunei.
- Beraja: sistem pemerintahan monarki absolut di bawah Sultan.
Konsep MIB bukan hanya slogan, tetapi diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan: mulai dari pendidikan, tata kelola pemerintahan, hingga gaya hidup masyarakat.
4. Tradisi dan Adat Istiadat Melayu Brunei
Berikut adalah beberapa aspek penting dari budaya mereka:
a. Upacara Adat
Beberapa upacara adat yang penting antara lain:
- Majlis berkhatan (sunat anak laki-laki) yang dilakukan dengan penuh adat dan perayaan.
- Upacara perkawinan bersanding dengan pantun di sertai tarian tradisional.
- Upacara kelahiran, cukur rambut bayi, dan aqiqah dengan unsur keislaman dan adat lokal.
- Majlis tahlil dan arwah sebagai penghormatan terhadap leluhur.
b. Keluarga dan Kekerabatan
Struktur keluarga Melayu Brunei bersifat patriarkal, namun tetap menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, penghormatan kepada orang tua, dan solidaritas antarkerabat. Anak-anak diajarkan sopan santun, adat berbicara, dan penghormatan terhadap orang tua sejak dini.
c. Rumah Adat dan Arsitektur
Rumah tradisional Melayu Brunei disebut “rumah tinggi” atau rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin dan beratapkan sirap.
5. Seni dan Budaya Tradisional
Seni budaya Melayu Brunei berkembang pesat sejak zaman kesultanan dan diwariskan secara turun-temurun. Beberapa unsur seni tradisional yang menonjol antara lain:
a. Musik Tradisional
Musik tradisional Melayu Brunei menggunakan alat musik seperti:
- Gulingtangan (sejenis gamelan mini)
- Canang (gong kecil)
- Rebana dan kompang (alat musik pukul)
b. Tarian Adat
Tarian-tarian khas Melayu Brunei, seperti:
- Tarian Zapin
- Tarian Jipin
- Tarian Adai-Adai (tarian nelayan)
Tarian ini menggambarkan cerita rakyat, kisah kehidupan, dan nilai religius dalam gerakan yang lembut dan penuh sopan santun.
c. Busana Tradisional
Pakaian tradisional pria adalah baju Melayu lengkap dengan songkok, sementara wanita mengenakan baju kurung dan selendang. Warna pakaian adat sering mencerminkan status sosial atau tema acara tertentu.
6. Islam sebagai Pilar Kehidupan Budaya
Sebagai negara Islam, hampir 80% warga Brunei memeluk agama Islam Sunni, dan praktik keagamaan menjadi bagian utama dari budaya nasional. Hal ini tercermin dalam:
- Waktu kerja yang menyesuaikan dengan waktu salat Jumat.
- Kewajiban mengenakan pakaian sopan di tempat umum.
- Festival keagamaan seperti Hari Raya Aidilfitri, Aidiladha, dan Maulidur Rasul yang dirayakan secara nasional.
Brunei juga menerapkan Syariah Islam secara resmi sejak tahun 2014, termasuk dalam sistem hukum pidana, dengan tetap mempertahankan sistem hukum sipil untuk kasus-kasus umum. Undang-undang ini berlaku bagi warga Muslim dan sebagian non-Muslim dalam konteks tertentu.
7. Kampong Ayer: Simbol Peradaban Melayu Brunei
Salah satu ikon budaya yang paling menonjol di Brunei adalah Kampong Ayer, atau “Kampung Air,” yaitu permukiman tradisional yang terletak di atas air di Sungai Brunei. Kampong Ayer sudah ada sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu dan dikenal sebagai “Venesia dari Timur”.
Kampung ini terdiri dari rumah-rumah panggung yang saling terhubung oleh jembatan kayu, lengkap dengan masjid, sekolah, toko, dan kantor polisi terapung. Penduduknya sebagian besar berasal dari suku Melayu Brunei yang masih menjalankan gaya hidup tradisional namun modern.
8. Kebudayaan dalam Sistem Pemerintahan dan Pendidikan
Mata pelajaran “Pendidikan MIB” diajarkan di sekolah sejak dini, bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral, adat, dan nasionalisme.
Dalam struktur pemerintahan, unsur budaya dan adat juga sangat terasa. Misalnya:
- Sultan Brunei sebagai kepala negara juga bertindak sebagai pemimpin agama tertinggi.
- Setiap acara kenegaraan selalu melibatkan upacara adat, doa, dan seni budaya tradisional.
Kesimpulan
Melalui sistem Melayu Islam Beraja, Brunei mampu memadukan tradisi kuno dengan kehidupan modern, menciptakan masyarakat yang stabil, religius, dan teratur.
Kekayaan budaya ini tidak hanya diwariskan, tetapi juga dilestarikan melalui pendidikan, hukum, dan kehidupan sehari-hari. Brunei Darussalam menjadi contoh bagaimana budaya lokal dapat menjadi dasar yang kuat untuk identitas nasional dan arah pembangunan bangsa di era globalisasi.